Selamat Tinggal Made in China


Berdasarkan data dari kementerian perdagangan dan BPS ada 10 besar barang yang diimpor dari China yaitu : mesin2/ pesawat mekanik, mesin/ peralatan listrik, besi dan baja, barang2 yang berbahan besi baja, plastik dan barang dari plastik, kendaraan dan sparepartnya, pupuk, bahan kimia anorganik, dan kapas bahan baku kain katun.

Kira-kira produk apa yang paling sering kita konsumsi ?

Bandingkan dengan 10 besar produk yang diimpor dari Korea berdasar data yang diolah dari kementerian perdagangan juga, yaitu : pakaian, semen dan produk dari semen, alat olah raga dan musik serta mainan, kosmetika, logam mulia dan perhiasan, pengolahan kayu, elektronika, kulit dan alas kaki, plastik, pengolahan tetes, barang kerajinan.

Produk impor dari negara manakah yang dampak langsungnya lebih menghantam UKM kita ?

Coba kita lihat lagi data 10 besar produk yang kita impor dari Jepang : Mesin dan otomotif, besi dan baja, elektronika, kimia dasar, olahan tembaga/ timah, olahan karet, barang-barang kimia, alat listrik, tekstil, plastik, pulp dan kertas.

Atau mungkin Anda kaget dengan trend peningkatan produk yang diimpor dari thailand, seperti produk pertanian, kamera dan alat optik, olahan karet, olahan hasil hutan, tekstil makanan dan minuman. Anda bisa melihat data lain di website kementerian perdagangan (www.kemenperin.go.id)

Dengan kata lain, UKM kita memang dalam kondisi ‘darurat’ dari serbuan produk-produk industri maupun konsumsi dari negara lain, apalagi MEA akan segera diberlakukan sekitar setahun ke depan. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke 4 sedunia, ke 3 untuk wilayah Asia, serta terbesar untuk wilayah ASEAN Indonesia menjadi rebutan banyak negara.

Apa yang kita perlukan supaya UKM kita berdaulat di negeri sendiri ?

PERTAMA, UKM Harus Naik kelas, meningkatkan produktivitas dan daya saingnya terhadap serbuan produk impor. Minimnya akses UKM pada teknologi produksi maupun pemasaran memang membuat produktivitas kita rendah dan jadi kurang efisein. Dampaknya adalah harga jual kita kalah bersaing dengan produk impor. Kita mesti belajar untuk membangun dan terus membangun usaha produktif dari hulu ke hilir yang saling berkonvergensi, misal dengan basis klaster.

KE-DUA, sebagai Pasar (konsumen) kita harus Berpihak. Secara sadar mendukung, memilih, dan membeli produk UKM negeri sendiri, yang pada gilirannya merupakan sumber energi bagi UKM untuk meningkatkan daya saingnya.

KE-TIGA, Membangun jaringan pemasaran yang memungkinkan terjadinya perpindahan barang antar pulau yang mudah dan murah, termasuk membangun jaring logistik nusantara.

KE-EMPAT, meruncingkan fungsi dan peran pendamping UKM baik oleh BDS maupun pemerintah, termasuk melempangkan berbagai ketentuan dan peraturan yang wajib berpihak pada UKM. Salah satu rahasia sukses ekonomi di China adalah kebijakan pemerintah yang tidak akan membiarkan bank melindas usaha produktif, justru sebaliknya bank harus bekerja untuk mendukung para pelaku usaha.

Pada akhirnya,
Say goodbye sama sekali kepada produk impor adalah sebuah “hil yang mustahal” untuk saat ini. Jalur pilihan yang bisa kita tempuh adalah KEBERPIHAKAN. Memastikan diri kita semaksimal mungkin menjadi bagian dari GERAKAN PASAR BERPIHAK.

CAHYADI JOKO SUKMONO
Business Coach FORBIZ

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Selamat Tinggal Made in China"

Post a Comment