Cengkrong, Suramadunya Watulimo


Cengkrong, kedengarannya asing dan unik. Inilah salah satu tempat di kawasan wisata Kecamatan Watulimo yang baru-baru ini sedang hangat dibicarakan para wisatawan lokal. Sebuah pantai yang terletak di 1 KM sebelah barat Pantai Prigi. Keindahan alam yang masih alami menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Di cengkrong ini juga saat ini sedang dibangun Jembatan yang menurut sebagian wisatawan disebut sebagai SURAMADUnya Watulimo.

Jembatan yg dibangun dengan biaya ± 50 milyard rupiah pengerjaannya kini sedang dalam proses finishing. Jembatan ini menghubungkan Jalur Lintas Selatan di Desa Karanggandu yang terbelah oleh pancer cengkrong. Ketika sore tiba, mata pengunjung akan dimanjakan dengan estetika keindahan alam ciptaan Tuhan. Lalu lalang perahu nelayan dibawah jembatan yang hendak melaut dapat dilihat jelas dari atas jembatan tersebut. Di Cengkrong ini juga LPPM PAMA Trenggalek di Tahun 2003 pernah menginisiasi sebuah Program Keanekaragaman Hayati, dimana salah satu consentrasi kegiatannya adalah pemberdayaan masyarakat, pengembangan dan pemeliharaan hutan bakau atau dikenal dengan tanaman mangrove.

Tumbuh suburnya tanaman mangrove sangat bermanfaat dalam proses penyeimbangan ekosistem lingkungan. Diantara manfaat tanaman mangrove adalah untuk mencegah terjadinya abrasi laut. Selain itu tanaman mangrove adalah tempat favorit nan nyaman bagi biota laut yang hendak bertelur dan berkembang biak. Melimpahnya hasil perikanan di sekitar pantai Prigi, Damas, Karanggongso dan juga Cengkrong salah satunya disebabkan oleh terpeliharanya hutan mangrove dengan baik. Hal ini yang secara tidak langsung turut mendongkrak roda perekonomian nelayan dan masyarakat sekitar lokasi tersebut. Tanaman mangrove yang sekitar 15 tahun yang lalu masih belum begitu dipelihara karena kekurang sadaran masyarakat sekitar akan manfaat besar yang ditimbulkan dari keberadaannya, kini berbaris rapi dan tumbuh subur karena perlakuan istimewa dari masyarakat sekitar. 
Tumbuh suburnya tanaman mangrove sangat bermanfaat dalam proses penyeimbangan ekosistem lingkungan. Diantara manfaat tanaman mangrove adalah untuk mencegah terjadinya abrasi laut.
Dalam upaya penyadaran masyarakat akan manfaat besar dari hutan mangrove tersebut PAMA, ketika itu mendorong masyarakat lokal untuk turut memelihara keberlangsungan hidup tanaman ini, dengan pembentukan kelompok-kelompok masyarakat sadar dan peduli lingkungan yang salah satu hasilnya adalah lahirnya kesepakatan lokal dimana apabila ditemukan warga melakukan perusakan terhadap 1 (satu) tanaman bakau, akan dikenakan dendan yaitu dengan menanam 100 bibit bakau baru dan dipelihara hingga tumbuh baik. Atura lokal inilah yang hasilnya kini bisa dinikmati baik nelayan dengan penghasilan yang baik karena hasil perikanan yang stabil maupun masyarakat secara umum yang sekedar ingin memanjakan mata dengan menikmati keindahan sekitar hutan mangrove tersebut.

Tidak jauh dari jembatan yang menelan biaya cukup “wow” tersebut kini juga telah dibangun sebuah Gazebo, dimana jembatan kayu yang bernilai estitika tinggi dibangun diatas tanaman hutan bakau menuju penangkaran penyu di tengah hutan bakau. Pengunjung bisa dengan sepuasnya menikmati berjalan-jalan diatas jembatan (yang dikenal dengan jembatan galau) dengan menyaksikan hamparan hutan bakau tanpa khawatir becek atau digigit lintah laut dan lain-lain. Semoga dengan keindahan alam beserta kelengkapan yang diciptakan Tuhan ini, mampu menjadikan kita sebagai hamba yang pandai mensyukuri dan bukan justru mengingkarinya. Amin.

Written by Chocky Sukarjo

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cengkrong, Suramadunya Watulimo"

Post a Comment